Tepi campuhan aku sendiri...
Menahan hening redup senja ini..
Tepi campuhan aku menyepi..
Menahan dingin kabut senja ini..
Disini aku sendiri..
Pernah dengar lagu ini.??yup bener banget ini adalah lirik lagu Slank berjudul "Tepi Campuhan" yang sangat terkenal beberapa tahun lalu.Tapi tahukah anda dimanakah campuhan itu,dan seperti apakah menariknya? oke sekarang saya akan mengajak anda jalan2 sejenak untuk untuk melepas kepenatan setelah capek berktifitas.
Campuan adalah sebuah desa yang asri terletak pada 1 km arah barat Ubud yang terkenal dengan nama Campuan. Lingkungan yang asri dan hijau akan menyambutmu, menyeberangi jembatan dengan sungainya yang jernih dan dalam. Jembatan ini merupakan penghubung vital antara Ubud dengan Campuan, Panestanan, Sanggingan dan Kadewatan.
Di bawah jembatan Campuan merupakan sungai yang jernih yang dikenal dengan nama Tukad Oos. Oleh karena itu, sungai ini merupakan denyut nadi bagi masyarakat sekitar karena menyediakan air bersih dan digunakan multifungsi. Ini juga merupakan kawasan spiritual umat Hindu, karena terletak pada pertemuan dua sungai.
Kata “campuan” berarti pertemuan antara dua sungai dan pengucapan secara cepat kata “campuran”. Pura Gunung Lebah yang bercorak abad 12 merupakan pura pertanian dan lambang kesuburan. Dikelingi oleh hutan bambu serta air pegunungan yang jernih menambah daya tarik kawasan ini.
Legenda menceritakan bahwa pada abad ke-8, Rsi Markandeya mendirikan Pura Gunung Lebah pada pertemuan dua sungai Campuan. Kemudian di th.1906, Nieuwenkamp menemukan gua dengan runtuhan bebatuan besar sebanyak dua kolom. Karakteristik terdapat pada langit-langit gua, tapi sayangnya hal tersebut tidak dapat dilihat lagi karena gempa bumi yang terjadi th.1917 meluluhlantakkan segalanya.
Kemudian pada th.1930, seniman asal Jerman, Walter Spies menetap di Campuan dan sekarang tempat kediamannya menjadi Hotel Tjampuan. Lingkungan sekitarnya hening dan tenang, mempunyai daya tarik tersendiri serta menarik perhatian para pelukis terkenal, kaum intelektual dan para seleb dari seluruh dunia. Spies dan Rudolf Bonnet memberikan kontribusi penting dalam dunia kesenian Bali yang modern. Mereka mengarahkan seniman-seniman lukis Bali dengan teknik kanvas dan cat.
Hal ini merupakan inspirasi bagi seniman lokal dalam berkarya dengan memasukkan unsur-unsur teknik lukisan Eropa, tetapi tidak meninggalkan unsur-unsur asli.
Kawasan Pura Gunung Lebah merupakan kawasan yang tenang, terletak di sebelah utara jembatan Campuan. Nyoman Suradnya (lokal Campuan / pelukis batik) menyatakan bahwa Pura ini merupakan sentral dan paling utama di Ubud.
Di Pura inilah diselenggarakan upacara “Penyegjeg Bhumi”(bulan Oktober 1991) upacara besar yang bertujuan untuk meruwat alam yang dilaksanakan 100 tahun sekali. Jika kebetulan kamu berkunjung ke kawasan suci ini, cobalah merenung sebentar dan dengarkan suara alam, suara air mengalir, dan kamu akan merasakan bahwa kamu adalah satu-satunya yang ada di sana. Tempat sangat cocok untuk bermeditasi dan mencari ketenangan.
Kira-kira 1 km utara Campuan, terdapat Museum Neka yang bercorak tradisional dan terdapat empat galeri seni yang berisi karya-karya seniman Bali yang terkenal. Karya-karya seni tersebut tidak dijual hanya dilihat di sana saja dan ditempatkan pada salah satu bagian museum.
Ada juga yang dijual, jadi kalo kamu pengen beli lukisan bercorak Bali bisa kamu dapatin disini. Pada galeri pertama, kamu dapat temuin hasil karya dari para pelukis tradisional Bali yang lawas, seperti: Gusti Nyoman Lempad, Ida Bagus Made, Anak Agung Gde Sobrat dan Kebot. Selanjutnya, pada galeri kedua kamu dapat melihat karya-karya eksotis dari Nyoman Gunarsa, Abdul Aziz, Widayat, Abbas Dullah dan Affandi yang merupakan seniman Indonesia modern yang menghasilkan karyanya di Bali.
Di galeri ketiga terdapat hasil karya Walter Spies, Rudolf Bonnet, serta Arie Smit yang merupakan seniman Eropa yang memberikan pengaruh besar dalam dunia seni lukis Bali. Sedangkan hasil karya seniman asing lainnya yang menetap di Bali untuk sementara waktu, ditempatkan di galeri keempat. Ada toko buku kecil, dimana kamu bisa membeli postcard yang berisi lukisan-lukisan terkenal yang ada di sana. Jadi nggak perlu kuatir deh! Kalo nggak dapat lukisan aslinya, kamu dapat beli postcard-nya. Dijual juga kopian buku Perception of Paradise (1993).
Walaupun ada lukisan yang dijual, tetapi kenyataannya di situ tidak dicantumkan label harga dan tidak ada informasi mengenai lukisannya. Museum Neka didirkan oleh Suteja Neka yang menjadi kolektor sejak tahun 1966. Kamu juga bisa berunjung ke rumah Antonio Blanco yang merupakan pelukis asing yang eksentrik dan menetap di Bali. Hasil karyanya menunjukkan ciri khas seorang Catalonian dengan ego yang tinggi. Blanco menyebut hasil karyanya ” renaissance”.
Banyak hasil karyanya yang erotis disertai dengan komposisi warna yang menarik dan mengandung makna yang tersembunyi. Kediaman Blanco terletak di sebelah kiri setelah jembatan, pada jalur perjalanan Campuan-Ubud.
Sumber :http://tourdebali.com/
0 komentar:
Posting Komentar